Sepandang dari kata
"Takdir"
tentang banyaknya kebahagiaan Semua ini tentang
banyaknya senyuman Yang hampir hilang oleh beberapa kesedihan Yang kini
terganti oleh sebuah tangisan Sedikit saja berpikir jauh Mungkin aku lah
manusia paling tidak biasa Sedikit saja berpikir tenang Aku akan tetap menjadi
manusia seperti manusia biasa yang lain Matahari dan sinarnya hanya lukisan mata
Tetapi tetap saja hati ini tak terhibur Malam adalah waktu yang tepat untuk
terbangun Dan cahaya bulan tetap menjadi sang penghibur Jika takdir bisa
dibeli, dipesan dan dirubah Aku tak ingin melakukan semua itu Aku akan terus
bermimpi untuk menjalani mimpi Meski takkan mudah untuk menjadikan semua itu
nyata Jika takdir bisa dibeli, dipesan dan dirubah...
Jika kamu adalah sosok yang sempurna, lalu maukah kamu menjadi sosok yang
cacat? Jika kamu adalah sosok yang menyenangkan, lalu maukah kamu menjadi sosok
yang menjengkelkan? Jika kamu adalah sosok yang punya wajah tampan/cantik, lalu
maukah kamu menjadi sosok yang buruk rupanya? Jika kamu adalah sosok yang
pintar, lalu maukah kamu menjadi sosok yang bodoh? Aku yakin, 99%
menjawab tidak.
Antara Kehendak Makhluk dan Kehendak-Nya
Beriman dengan benar terhadap takdir bukan
berarti meniadakan kehendak dan kemampuan manusia untuk berbuat. Hal ini karena
dalil syariat dan realita yang ada menunjukkan bahwa manusia masih memiliki
kehendak untuk melakukan sesuatu.
Dalil dari syariat, Allah Ta’ala telah
berfirman tentang kehendak makhluk,
ذَلِكَ الْيَوْمُ الْحَقُّ فَمَن شَآءَ اتَّخَذَ إِلىَ رَبِّهِ
مَئَابًا {39}
“Itulah
hari yang pasti terjadi. Maka barangsiapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh
jalan kembali kepada Tuhannya.” (QS. An Nabaa’:39)
نِسَآؤُكُمْ حَرْثُ لَّكُمْ فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّى
شِئْتُمْ… {223}
“Isteri-istrimu
adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah
tanah tempat
bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. …”(Al Baqoroh:223)
Adapun tentang kemampuan makhluk Allah
menjelaskan,
فَاتَّقُوا اللهَ مَااسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا
وَأَنفِقُوا خَيْرًا لأَنفُسِكُمْ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ
الْمُفْلِحُونَ {16}
“Maka
bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta
ta’atlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu . Dan barangsiapa yang
dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang
beruntung.” (QS. At Taghobun :16)
لاَ يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا لَهَا
مَاكَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَااكْتَسَبَتْ رَبَّنَا …{286}
“Allah
tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat
pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari
kejahatan) yang dikerjakannya….”(QS. Al Baqoroh:286)
Sedangkan realita yang ada menunjukkan bahwa
setiap manusia mengetahui bahwa dirinya memiliki kehendak dan kemampuan. Dengan
kehendak dan kemampuannya, dia melakukan atau meninggalkan sesuatu. Ia juga
bisa membedakan antara sesuatu yang terjadi dengan kehendaknya (seperti
berjalan), dengan sesuatu yang terjadi tanpa kehendaknya, (seperti gemetar atau
bernapas). Namun, kehendak maupun kemampuan makhluk itu terjadi dengan kehendak
dan kemampuan Allah Ta’la karena
Allah berfirman,
لِمَن شَآءَ مِنكُمْ أَن يَسْتَقِيمَ {28} وَمَاتَشَآءُونَ
إِلآَّ أَن يَشَآءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ {29}
“(yaitu)
bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak
dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan
semesta alam.” (QS. At Takwiir:28-29). Dan karena semuanya adalah milik Allah
maka tidak ada satu pun dari milik-Nya itu yang tidak diketahui dan tidak
dikehendaki oleh-Nya.[5]
#tulisanpertamaFAR99
(y):D
BalasHapusMantap rid (y)
BalasHapus